Museum NTB Pamerkan 59 Koleksi Wastra NTB
Sebanyak 59 Koleksi Wastra NTB kembali menjadi fokus perhatian pada Pameran Kain dan Diplomasi Budaya bertajuk "seutas benang kecil dapat menjadi jembatan antara dunia yang berbeda".
Berkolaborasi dengan Museum Daerah Sumbawa, serta tiga museum-museum desa dan SLBN 1 Lombok Barat dan digelar dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun NTB yang ke-67, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) secara resmi membuka Pameran Temporer "Kain dan Diplomasi Budaya" pada Rabu (10/12/2025). Tidak hanya sebagai pameran tekstil, pameran ini adalah tempat untuk merenungkan secara mendalam bagaimana sehelai benang dapat berfungsi sebagai bentuk diplomasi paling halus di dunia dan jembatan emosional.
Wakil Gubernur NTB Hj. Indah Dhamayanti Putri, menekankan bahwa tekstil tradisional, seperti batik, songket, dan tenun (kain tenun), adalah catatan sejarah hidup yang mengekspresikan martabat bangsa.
"Ini adalah bentuk diplomasi yang paling halus namun ampuh," kata Wakil Gubernur pada pembukaan pameran, didampingi Ketua Dekranasda NTB, Shinta Agatia M. Iqbal.
Wakil Gubernur juga menggambarkan kain sebagai diplomasi yang "menggerakkan hati sebelum memengaruhi pikiran".
Pameran Kain ini disajikan dengan menampilkan 4 sub tema di antaranya, Benang yang menghubungkan dunia, Pesan Damai dalam motif, Kain sebagai duta budaya dan Jalinan masa depan.
Kurator Pameran Temporer, menjelaskan bahwa rangkaian subtema tersebut dirancang untuk menunjukkan bagaimana selembar kain tidak hanya berfungsi sebagai karya estetika, melainkan juga sebagai medium diplomasi, penghubung antar kebudayaan, serta simbol perjalanan peradaban.
Kepala Museum NTB, DR. Ahmad Nuralam, M. H menyatakan bahwa pameran ini bukan hanya forum untuk apresiasi, tetapi juga inspirasi untuk terus melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan warisan budaya sebagai modal diplomasi budaya NTB secara global, sejalan dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, yaitu "NTB Sejahtera dan Global."
Pameran yang menampilkan 59 koleksi ini digelar mulai Rabu, 10 Desember 2025 hingga 24 Januari 2026 bertujuan untuk menginspirasi masyarakat untuk melestarikan warisan budaya. Selain itu juga mengajak kita untuk memahami kembali bahwa motif, warna, dan teknik tenun adalah manifestasi dari kearifan lokal yang harus dihidupkan kembali, diadaptasi, dan dimasukkan ke dalam percakapan global, bukan sekadar diwariskan.
