Museum NTB dan pihak terkait berfoto bersama, usai menggelar diskusi naskah akademik untuk pembangunan museum tematik di NTB, Kamis (4/12)

Pemprov NTB Matangkan Pembangunan Museum Tematik Senilai Rp 15,5 Miliar

Dikutip dari: Lombok Post | 2025-12-05 | Link Berita

Pemprov NTB kian serius dengan rencana pembangunan Museum Tematik. Salah satunya, dengan menggelar diskusi bersama pihak terkait, untuk membahas naskah akademiknya, di Mataram, Kamis (4/12).

“Rencana pembangunan museum tematik di NTB, kini telah memasuki tahap persiapan akhir,” terang Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam.

Seluruh dokumen perencanaan, mulai dari Detail Engineering Design (DED) hingga naskah akademik, telah selesai disusun dan dibahas.

Dokumen tersebut segera diserahkan, ke Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal, untuk dievaluasi dan dijadikan dasar pengambilan keputusan terkait pembangunan museum tematik tersebut.

Museum tematik ini dibangun, dengan rancangan yang mengacu pada standar Nasional, sehingga kualitas bangunan dan rancangan ruang pamer diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pelestarian budaya dan edukasi publik. “Kita harus mengikuti standar pusat,” ujarnya.

Proyek ini juga telah masuk dalam daftar Kegiatan Strategis (KS) ke-56 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2025 - 2029.

Karena itu, ia menegaskan pembangunan museum tematik ini, diharapkan menjadi salah satu prioritas utama di pemerintahan Iqbal-Dinda. Lebih jauh, Nuralam menekankan Provinsi NTB memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang sangat besar.

Selain tradisi dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun, wilayah ini juga mencatat peristiwa sejarah berskala global, seperti letusan Gunung Samalas, dan Gunung Tambora.

Namun, hingga kini penyampaian informasi mengenai warisan tersebut masih belum maksimal akibat keterbatasan ruang pameran. Pemprov NTB, lanjutnya, telah merumuskan pendirian museum tematik bertajuk “Sejarah dan Budaya NTB” sebagai program strategis dalam RPJMD NTB 2025–2029.

Kehadiran museum tematik ini juga menjadi bagian dari implementasi amanah UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Terlebih, NTB telah meratifikasi aturan tersebut melalui Perda NTB Nomor 16 Tahun 2021.

“Regulasi ini menegaskan bahwa budaya adalah nafas pembangunan daerah,” tegas Nuralam.

Museum tematik ini juga dinilai memiliki urgensi besar sebagai ruang pelestarian warisan budaya lokal, sekaligus memperjelas pengelolaan objek pemajuan kebudayaan yang menjadi kebanggaan daerah.

Saat ini, seluruh bahan dan estimasi anggaran telah siap, termasuk perhitungan biaya pembangunan yang mencapai sekitar Rp 15,5 miliar sesuai DED.

“Museum rencananya dibangun di area parkir timur, berdekatan dengan lapangan kolaborasi museum dan lokasi pameran yang biasa kita laksanakan sebelumnya,” tegas dia.

Penentuan tahapan pelaksanaan, termasuk peletakan batu pertama, sepenuhnya bergantung pada keputusan pimpinan daerah. Meski demikian, rancangannya telah disusun dalam tiga tahap, konstruksi awal, pembangunan utama, dan tahap akhir berupa penataan lanskap.

“Kami berharap proses peletakan batu pertama dapat dilakukan pada 2026, dengan waktu pembangunan dua hingga tiga tahun,” tandasnya.

Koordinator Tenaga Ahli Gubernur untuk Percepatan Pembangunan dan Penguatan Koordinasi (TAG-P3K) Adhar Hakim menegaskan Museum tematik ini bisa menjadi pusat kegiatan penting.

“Di mana kita dapat mengakses berbagai tujuan penting, mulai dari pendidikan, pelestarian cagar budaya, penguatan identitas budaya daerah, hingga penciptaan ruang dialog,” jelasnya.

Selain itu, museum tematik juga berperan sebagai penyedia ilmu pengetahuan dan bahkan alat diplomasi budaya. “Pak Gubernur sudah memikirkan hal ini sejak awal, dan jika melihat visi misinya, gagasan seperti ini sebenarnya telah dituangkan dengan cukup jelas,” kata dia.

Meski demikian, konsep museum tematik ini telah menjadi gagasan kolaboratif yang dirancang bersama. “Ini ide kolektif untuk kita semua. Hal ini harus dianggap sebagai pemikiran bersama yang bermanfaat bagi semua pihak, khususnya masyarakat di NTB,” ujarnya.

Kedepan, masyarakat pasti membutuhkan catatan sejarah yang lebih komprehensif mengenai apa yang pernah terjadi di Bumi Gora. Jangan sampai bergantung pada informasi sejarah yang justru datang dari sumber-sumber luar negeri.

“Di sini kita akan belajar dan memahami bahwa Pulau Lombok dan Sumbawa, pernah menjadi bagian dari sejarah besar yang memberikan pelajaran luar biasa,” pungkasnya.