Sirkuit Mandalika sebagai Panggung Peradaban NTB Diwujudkan dalam Museum Lombok-Sumbawa Civilization
Hadirnya Museum Lombok-Sumbawa Civilization di jantung Sirkuit Mandalika membawa pesan simbolis yang kuat. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika bukan sekadar ruang industri pariwisata, melainkan milik masyarakat NTB sendiri. Museum ini menjadi penanda bahwa Mandalika bukan hanya arena bagi kecepatan, tetapi juga panggung bagi peradaban.
Kehadiran museum ini sekaligus undangan bagi masyarakat dunia. Melalui koleksi yang dipamerkan, Lombok dan Sumbawa ingin menunjukkan jejak panjang kebudayaannya. Dengan begitu, wisatawan yang datang tidak hanya terpukau oleh deru mesin balap, tetapi juga singgah dalam ruang budaya yang lebih tenang, lebih mendalam.
“Koleksi yang ada mungkin memang tidak banyak. Namun, saya yakin, koleksi-koleksi itu sudah merepresentasikan peradaban panjang Lombok dan Sumbawa,” ujar Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, saat peresmian di Sirkuit Mandalika, Kamis (2/9). Ungkapan ini menggarisbawahi bahwa nilai sebuah museum tidak selalu ditentukan oleh jumlah koleksi, melainkan oleh kedalaman makna yang dikandungnya.
Museum Lombok-Sumbawa Civilization tercatat sebagai galeri pertama di dunia yang berdiri berdampingan dengan lintasan balap internasional. Iqbal menyebutkan, Dorna Sport telah mengkonfirmasi keunikan tersebut. Ia menambahkan, ada kemungkinan museum ini akan dibuka secara permanen, apalagi Mandalika kini hidup dengan berbagai pergelaran setiap minggunya.
Lebih jauh, Iqbal menekankan pentingnya menyatukan denyut balapan dengan denyut budaya. Menurutnya, kedekatan para pembalap dan penonton dengan kebudayaan lokal dapat menumbuhkan rasa memiliki, terutama bagi masyarakat di sekitar lingkar KEK Mandalika.
“Sirkuit Mandalika adalah milik bersama. Mari kita bersihkan residu-residu masalah dari masa lalu, agar dampak positif bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di sekitar kawasan ini,” tutup Iqbal. (gil)
